Senin, 23 September 2013

Story

MENJEBAK PENCOPET

      ” Kring…” Suara bel di sekolahahku telah berbunyi. Itu tandanya Bobby harus segera pulang ke rumah. Sesampai di rumah Bobby meletakkan tasnya dan tertidur pulas di sofa ruang tamu. Tak berapa lama kemudian, ia dikejutkan dengan suara pintu yang diketuk perlahan dari luar. Bobby pun segera bangun dan membukakan pintu. Ternyata tamu yang datang adalah kakak Bobby sendiri yang bernama Akbar. Hari ini memang hari Sabtu, tak heran kalau Kak Akbar selalu pulang kerja seminggu sekali tiap Sabtu siang. 

       “ Tidur pulas, Bob? “ Tanya kakaknya. 

       “ Iya, aku baru saja pulang dari sekolah dan ketiduran di sofa “ jawab Bobby sambil menyapa kakaknya.

       Sorenya mereka berdua duduk bersama sambil mengobrol di teras depan rumah. 

       “ Enaknya, kita pergi malam mingguan di mana yah Bob? “ Tanya Kak Akbar.

       “ Ehmmmm…. Bagaimana kalau kita pergi ke alun-alun kota saja. Pasti di sana sangat ramai. Jadi, kita bisa menghilangkan rasa stress dan jenuh “ ajak Bobby.

       “ Baiklah, aku setuju dengan idemu itu Bob “ jawab Kak Akbar.

       Sekitar jam 17.30 setelah shalat maghrib Kak Bobby sudah siap pergi ke alun-alun kota dengan sepeda motor dan helm yang mengilat. “ Bob. Ayo cepat. Kakak sudah siap nih. Kalau berdandan jangan lama-lama, kayak perempuan aja. Nanti kakak tinggal loh “ ajak Kak Akbar. “ Iya, sebentar “ ujar Bobby. Tak lama kemudian Bobby keluar dan mengunci pintu. Selanjutnya, mereka berdua bergegas berangkat menuju alun-alun kota.

      Sesampainya di alun-alun kota Kak Akbar langsung memarkirkan sepeda motornya di tempat parkir. Bobby dan Kak Akbar senang sekali. Karena di sana sangat ramai dan penuh sesak, maklumlah hari itu adalah malam minggu pertama pada bulan ini. Mereka pun segera larut dalam keramaian itu. Tak terasa jarum jam hampir menunjuk angka 9, mereka berdua sudah sangat lelah sekali. 

     “ Kak, aku lapar. Aku ingin makan bakso di seberang jalan sana. Ayo kak.., memangnya kakak tidak lapar? “ ajak Bobby. “   

    “ Kakak juga lapar. Baiklah kalau begitu kita kesana saja “ jawab Kak Akbar. Saat di tengah jalan Kak Akbar meraba-raba saku dompet di celananya dan alangkah terkejutnya Kak Akbar melihat dompetnya telah hilang. “ Astaga, Bob, dompetku hilang “ ujar Kak Akbar. 

     “ Apa, kak? Dompet Kak Akbar hilang. Kok bisa? “ Tanya Bobby.

     “ Kakak juga tidak tahu. Pasti dompet kakak sudah dibawa kabur oleh pencopet “ pikir Kak Akbar.

        Bobby dan Kak Akbar segera bertindak. Mereka berdua langsung mencari pos polisi terdekat. Setelah menemukan pos polisi, mereka segera menemui Pak polisi dan melaporkan semua kejadian yang mereka alami. Pak polisi hanya berkata bahwa kejadian ini bukan kejadian yang pertama kalinya, tetapi kejadian yang sangat sering terjadi dan pihak kepolisian belum bisa menangkap pelakunya, karena keadaan alun-alun kota yang sangat ramai pada malam hari menyulitkan pihak kepolisian untuk menangkap si pelaku. Kak Akbar sangat jengkel, karena separo gaji hasil kerja kerasnya habis dibawa kabur oleh pencopet. Demikian pula dengan Bobby, dia pulang dengan rasa lelah dan lapar, karena tidak jadi makan. 

        Seminggu telah berlalu, seperti biasannya Kak Akbar pulang dari kerja setiap hari Sabtu. Kak Akbar memang suka jalan-jalan pada malam minggu, sehingga malam ini pun dia tidak kapok untuk mengajak Bobby jalan-jalan, menikmati hari liburnya. Kali ini Kak Akbar sendiri yang mengajak Bobby pergi ke alun-alun kota. Karena, dia ingin  sekali menjebak pencopet yang mencuri dompetnya pada minggu kemarin. 

     “ Bobby, hari ini kita pergi ke alun-alun kota lagi yah.. “ ajak Kak Akbar. 

     “ Apa kak, memangnya kakak tidak kapok akan kejadian yang kita alami pada minggu kemarin? “ tanya Bobby.

     “ Kali ini kita tidak akan kecopetan lagi Bob, karena kakak ingin menangkap pencopet itu dan menyerahkannya ke pihak kepolisian. Kan kata pak polisi yang kita temui pada waktu itu bilang, kalau pihak kepolisian sulit menangkap para pencopet itu, karena keadaan alun-alun kota yang sangat ramai “ ujar Kak Akbar. 

      “ Memangnya kakak mau merencanakan apa? “ Tanya Bobby. 

      Tak lama kemudian, Kak Akbar menjelaskan semua rencananya untuk menangkap si pencopet itu. Bobby mendengarkannya dengan serius, dan menyetujui rencana Kak Akbar.

      Hari sudah mulai gelap, saatnya mereka berdua melaksanakan semua rencananya dan bergegas pergi ke alun-alun kota. Seperti biasanya Kak Akbar memarkirkan sepeda motornya terlebih dahulu di tempat parkir. Malam ini memang tak begitu ramai seperti minggu sebelumnya. Tapi, cukuplah malam ini untuk tukang copet beraksi. Karena diberbagai sudut alun-alun kota masih dipenuhi dengan sejumlah orang-orang yang bergerombol dan berdesak-desakan.

     Tetapi pada malam ini Kak Akbar sengaja berdandan begitu mewah. Dia memalai baju terbaiknya dengan celana jeans dan jam tangan serta sepatu yang mengilat. Kak Akbar dan Bobby tidak ragu lagi untuk bergabung dalam keramaian di alun-alun kota kali ini. Karena, mereka sangat yakin bahwa rencananya akan berhasil untuk menangkap si pencopet nakal.

Dalam hati, mereka menunggu pencopet yang selama ini meresahkan masyarakat sekitar. Dan, benar dugaan mereka. Dandanan Kak Akbar yang begitu mewah, memang mengundang kejahatan, buktinya Kak Akbar merasa ada yang menarik dompetnya dengan keras, dari saku belakang celananya. Namun usaha si pencopet gagal untuk membawa kabur dompet itu. Dia malah terjebak oleh semua rencana yang dilakukan Bobby dan Kak Akbar. 

          Sepertinya, tangan si pencopet melekat pada saku belakang Kak Akbar, bersama dengan dompetnya juga. Kak Akbar hanya tersenyum menahan tawa dan tanpa pikir panjang dia langsung berteriak “ Copettttttt………!!! “

          Orang-orang disekeliling mendengar kejadian itu, dan dengan cepat menangkap si pencopet itu. Untunglah, acara main hakim sendiri tidak terjadi, karena datangnya dua anggota kepolisian. Pak Polisi segera membawa pencopet itu ke kantor polisi terdekat,  bersama dengan Kak Akbar dan Bobby. Sesampainya di kantor polisi, Pak polisi bertanya kepada Kak Akbar.

         “ Apa yang kamu lakukan, sehingga tangan pencopet itu melekat pada saku dan dompetmu? “

         “ Oh… saya tidak melakukan apa-apa kok Pak, saya hanya memasukkan serta, melumuri saku belakang celana dan dompet saya dengan getah nangka yang amat melekat. Sehingga jika ada orang yang menarik dompet saya, pasti akan merasakan kejadian itu “ jawab Kak Akbar.

        “ Jadi, getah nangka yang membuat tangan pencopet itu melekat pada saku celana dan dompetmu “ 

        “ Iya, Pak. Benar sekali “ jawab Kak Akbar.

        “ Wah, nak. Idemu sungguh cemerlang, kau juga benar-benar hebat bisa menangkap pencopet yang selama ini meresahkan masyarakat. Saya mewakili dari pihak kepolisian ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian berdua, karena telah membantu menangkap pencopet itu “ kata salah satu Pak Polisi yang mencari keterangan tentang kejadian ini.

        “ Sama-sama Pak, kami juga sangat senang bisa membantu pihak kepolisian menangkap pencopet itu “ jawab Kak Akbar dengan tegas.

       Setelah menanyakan beberapa pertanyaan kepada Kak Akbar dan Bobby, Pak Polisi akhirnya memperbolehkan mereka berdua pulang. Tidak seperti malam minggu sebelumnya. Kali ini Kak Akbar dan Bobby merasa senang, karena rencana mereka berdua berhasil berjalan dengan lancar. Apalagi Kak Akbar yang rela mengorbankan dompet dan celana jeansnya itu dengan dimasuki dan dilumuri getah nangka yang sangat lengket.

       Pagi harinya, mereka berdua menceritakan semua kejadian yang mereka alami pada malam minggu saat itu. Dan teman-teman mereka sangat salut dan bangga akan sikap mereka berdua.